“Jalani apa yang telah kamu pilih, tuntaskan apa yang telah kamu mulai,”
Mungkin, kalimat seperti ini sudah tidak asing. Kata-kata
“bijak” ini seringkali terucap ketika seseorang sedang menasihati orang lain
yang merasa salah jalan di tengah-tengah perjalanan atau pilihan hidupnya.
Padahal, orang-orang yang merasa salah akan pilihannya hanya sedang mengalami
keraguan mengenai apakah jalan yang telah mereka pilih itu benar atau salah.
Dibandingkan mengucapkan kalimat seperti itu, bukankah lebih baik jika
memberikan arahan seperti : coba kenali dirimu lebih dalam, apa visimu ke
depannya? apakah kamu nyaman dengan pilihanmu sekarang? Nasihat keras kepala
perihal harus menuntaskan apa yang telah dimulai sangatlah omong kosong. Ingat,
yang menjalani hidup ini adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Orang lain
yang memberikan nasihat pun tidak akan memberikan tanggung jawab apabila suatu
hal negatif terjadi kepadamu ketika kamu menjalankan sesuai dengan arahannya.
Dan kembali lagi, semua pilihan ada pada diri kita masing-masing.
Orang-orang melontarkan kalimat “tuntaskan apa yang
telah kamu mulai” bisa saja terjadi karena mereka adalah orang hebat yang mampu
menentukan pilihannya dari awal. Oleh karena itu, mereka merasa yakin dan
percaya diri untuk berucap seperti itu. Namun, perlu diingat juga bahwa di luar
sana, tentu saja ada seseorang yang telah memilih jalan hidupnya, memiliki
visi, dan tujuan hidup yang jelas, tetapi semua itu buyar karena suatu hal yang
memaksa mereka berhenti dari pilihannya. Misalnya, seseorang yang harus
terpaksa berhenti menempuh pendidikan karena kepala keluarganya pergi, sehingga
orang tersebut harus menjadi tulang punggung keluarga. Tentu saja, manusia tidak
memiliki kemampuan memprediksi hal-hal buruk yang mungkin saja akan menimpa
dirinya.
Lantas, apakah pilihan yang telah diambil harus
dituntaskan? Tidak. Perlu diingat kembali, seseorang hanya mampu memberikan
nasihat, bukan tanggung jawab. Semuanya kembali lagi kepada diri sendiri. Jika
memang ada hal-hal yang memaksa kita untuk berhenti di tengah perjalanan, tidak
apa-apa untuk tidak menyelesaikan. Asalkan, harus dipikirkan matang-matang
sehingga tidak akan ada rasa penyesalan di kemudian hari. Tak perlu dipikirkan
dalam-dalam perihal apa yang akan dikatakan orang lain nanti.