Pengalaman Gagal SNMPTN - Fahmi Fadillah

Pengalaman Gagal SNMPTN

Pengalaman Gagal SNMPTN

     

    SNMPTN adalah salah satu jalur masuk PTN yang diimpikan banyak orang. Bagaimana tidak, kita hanya perlu menggunakan nilai rapot dan sertifikat untuk pendaftarannya. Namun, tidak semua siswa dapat mendaftar pada jalur ini, hanya 5%—40% siswa dengan nilai tertinggi di sekolahnya. Betapa beruntungnya siswa yang mendapat “jatah” SNMPTN. Oleh karena itu, siswa tersebut harus bisa memaksimalkan kesempatan yang ada. Sedangkan setahun yang lalu, saya menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan. Saya menghiraukan segala saran yang ada guna memaksimalkan nilai yang telah saya raih selama tiga tahun di SMA. Namun, saya selalu berorientasi terhadap perbaikan daripada penyesalan atas segala hal yang telah terjadi. Jadi, seperti ini ceritanya ...


    

    Sungguh bahagia setelah mendapat kabar bahwa saya dinyatakan sebagai siswa yang berhak mendaftar SNMPTN. Jantung berdebar-debar tiada henti karena saking bangganya dengan diri sendiri. Namun pada saat itu, saya juga menyadari bahwa kebahagian ini terjadi di atas kesedihan orang lain—siswa yang tidak berhak mendaftar. Mau bagaimana lagi, semua pasti ada waktunya.


    Sepulang sekolah, saya bergegas menuju tempat bimbingan belajar dengan semangat yang  membara. Salah satu tentor di sana merekomendasikan saya untuk mendaftar di prodi yang menurutnya realistis. Hal ini bertujuan agar saya dapat memaksimalkan strategi dengan nilai rapot yang ada. Saya pun setuju dengan rekomendasi tersebut. Dan saya juga sangat percaya diri akan lolos melalui jalur SNMPTN. Tentu saja, terlalu percaya diri ternyata menumbuhkan keengganan untuk menyiapkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi, yaitu gagal SNMPTN.


            Pilihan 1 : Manajemen UPI

            Pilihan 2 : Pendidikan Bisnis UPI


    Hari demi hari terlewati. Hampir setiap hari saya berandai-andai lolos melalui jalur SNMPTN. Bahkan, saya sudah mulai mencari tahu mengenai kosan yang ada di Bandung. Namun, tiba-tiba saya merasa kurang setuju dengan pilihan tersebut. Saya tidak yakin akan lolos pada pilihan pertama. Apabila saya lolos pada pilihan kedua pun, saya tidak minat dengan prodi tersebut. Saya berpikiran bahwa “Mungkin saja bisa lolos di pilihan dua, toh ada alumni juga. Namun, kalau pun lolos, apakah saya bisa bertahan selama hampir 4 tahun? Apakah saya bisa ikhlas berkuliah pada prodi tersebut?”


    Menurut saya, mencari aman pun harus dipikirkan matang-matang. Memang, lolos SNMPTN akan sangat membahagiakan. Bukan perihal lolos atau tidaknya, tetapi mengenai apakah kita bisa bertahan atau tidak, apakah kita bisa ikhlas menjalaninya atau tidak. Untuk itulah, saya kembali melakukan konsultasi ke tempat bimbingan belajar saya.


            Pilihan 1 : Kewirausahaan UPI Tasikmalaya

            Pilihan 2 : Bisnis Digital UPI Tasikmalaya


    Sejujurnya, saya lebih tertarik dengan pilihan kedua. Namun, untuk menyesuaikan urutan dan memaksimalkan strategi, tentor merekomendasikan saya agar prodi Bisnis Digital ditempatkan pada pilihan kedua. Meskipun demikian, hati saya masih tidak ikhlas karena prodi tersebut berlokasi di kampus daerah. Naif rasanya, tertarik dengan prodinya, tetapi tidak dengan lokasinya. Gengsi yang tinggi mengaburkan pandangan perihal esensi pendidikan, yakni memberantas ketidaktahuan.


    Untuk ketiga kalinya, saya kembali konsultasi dengan tentor di bimbingan belajar. Saya bercerita mengenai kebimbangan yang saya alami. Pada akhirnya, saya bercerita akan mendaftar ke prodi Bisnis Digital yang terletak di kampus utama, Unpad.



    Namun, beliau sangat tidak merekomendasikan pilihan tersebut. Apalagi, Unpad hanya menyediakan 8 kursi. Dan juga, terdengar kabar bahwa tidak ada kampus yang mau “diduakan”. Lolos pada pilihan dua pun kecil kemungkinannya.


    Dengan berbagai alasan yang saya ucapkan, akhirnya saya dapat meyakinkan tentor saya. Dengan percaya diri, saya berucap “Saya siap gagal pada SNMPTN, tapi saya juga akan segera belajar buat persiapan SBMPTN.” Namun, kenyataannya tidak. Saya tidak belajar SBMPTN. Jujur, saya sangat berharap lolos SNMPTN.


    Hari pengumuman tiba. Rabu, 08 April 2020 adalah hari yang sangat dinanti oleh seluruh siswa di Indonesia. Malam sebelum pengumuman, saya sulit tertidur. Rasanya tak sabar menunggu pengumuman esok hari. Pada saat itu, saya sangat yakin akan lolos SNMPTN—meskipun pilihan  saya sangat berisiko. Dan pagi harinya, LTMPT mengadakan sosialisasi mengenai jumlah pendaftar SNMPTN. Hal diluar dugaan terjadi. Bisnis Digital Unpad menempati urutan 10 dengan peminat tertinggi. Tentu saja, saya mulai panik dan juga pesimis. Belum lagi, sangat tidak mungkin untuk lolos pada pilihan kedua.


    Tepat pukul satu siang dengan cuaca yang mendung, saya bersiap untuk membuka website pengumuman. Dengan  sangat teliti, saya memasukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahir. *ENTER* Dan ternyata, saya dinyatakan tidak lolos SNMPTN. “Ah, gamungkin galolos. Coba ah, cek lagi,” ucap saya dalam hati. Saya sampai mencoba tiga kali. Dan nihil, memang belum waktunya bagi saya untuk merasakan kebahagiaan masuk PTN.  Padahal, dari SD—SMA, jalan saya untuk bersekolah di Negeri sangat dimudahkan oleh Tuhan. SNMPTN adalah kegagalan pertama saya. Rasanya sangat pahit, ya.




    Akhirnya, saya mendapat pelajaran berharga. Saya akui, saya terlalu angkuh dan percaya diri dengan menghiraukan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Namun, saya segera bangkit dari keterpurukan itu. Terlalu lama bersedih hanya akan membuang-buang waktu. Beruntung, pelaksanaan SBMPTN diundur karena adanya pandemi Covid-19 sehingga LTMPT perlu berbagai persiapan dan penyesuaian yang matang. Alhamdulillah, ada cukup waktu untuk menyiapkan SBMPTN.


Tag: snmptn, cara agar lolos snmptn,  pengalaman gagal snm, cara agar tidak gagal di snm, cerita gagal snmptn, motivasi gagal snmptn

 

Bisa lolos SNMPTN itu tidak sepenuhnya disebabkan karena nilai rapot yang stabil atau meraih banyak sertifikat. Sistem penerimaan nya bisa dibilang “untung-untungan” karena banyak yang bisa lolos SNMPTN dengan nilai mereka yang standar, dan justru yang memiliki nilai lebih tinggi belum bisa lolos. Taktik dalam pemilihan jurusan dan universitas juga menjadi penentu bisa lolos di SNMPTN. Karena, semakin tinggi peminat jurusan dan univ yang kita inginkan maka semakin kecil kesempatannya untuk bisa lolos SNMPTN. -Dara, Mahasiswi Unhas yang lolos SNMPTN 2020.
Jangan jadikan snm sebagai acuan, selalu persiapkan mental dan fisik untuk SBM dan juga UM. Selalu ingat bahwa kekuatan usaha dan juga do'a tak akan mengkhianati. -Idrus, Mahasiswa UI yang lolos SNMPTN 2020.

15 komentar

  1. Keren gan pengalamannya, banyak hikmah di balik kegagalan gan

    BalasHapus
  2. Yess, berekspetasi - usaha - gagal - ya coba lagi siapa takut! Semangat terus!

    BalasHapus
  3. Pengalaman yang tak mungkin akan terlupakan wkwk

    BalasHapus
  4. saya dulu ga nyoba snm ataupun sbm karena minder akan kemampuan sendiri, alhamdulillah dikasih jalan yang lain, yang menurut saya ini leboh baik:)

    BalasHapus
  5. Tetangga saya masuk di UPI Bandung. Persiapan sejak SMP. Katanya uang pangkal 40juta.

    BalasHapus

About Me

Fahmi is an undergraduate student in the Business Administration study program. He has participated in several organizations and committees to develop his soft skills (such as leadership, time management, problem-solving, and even communication). Being able to be adaptive and keep learning from the experience, is one of the principles he holds to compete in the digital era. Fahmi has an interest in getting involved in the creative or digital industry. He has an interest in Digital Marketing and Business Development field. Making strategies and doing analysis becomes a fun process for him. Fahmi's Interest :

Digital Marketing
SEO